Senin, 13 Juli 2009

78 Anggota TNI di Kodam I Bukit Barisan Dipecat

Senin, 13/07/2009 14:21 WIB
Khairul Ikhwan - detikNews

Ilustrasi
Medan - Sebanyak 78 anggota TNI yang bertugas di jajaran Kodam I Bukit Barisan (BB) dipecat. Sebabnya, mereka terbukti bersalah melanggar disiplin kemiliteran dan aturan hukum pidana.

Pemecatan ini dilakukan secara resmi pada apel luar biasa di Lapangan Makodam I BB, Jl Gatot Subroto, Medan, Senin (13/7/2009). Pangdam I BB Mayjen TNI Buhanuddin Amin memimpin langsung apel tersebut.

Dalam pernyataannya, Burhanuddin menyatakan prajurit yang diberhentikan dengan tidak hormat itu tercatat melakukan pelanggaran periode 17 November 2008 hingga 29 Juni 2009. Sebagian besar akibat lari dari kesatuan (disersi) lebih dari 30 hari. Sedang sisanya akibat melanggar KUH Pidana, tersangkut kasus narkoba.

Salah satu anggota TNI yang diberhentikan tidak hormat akibat lari dari kesatuan adalah Sertu Andri Setiawan. Bintara yang bertugas di Satuan Keuangan I BB ini, selama 30 hari tidak melaksanakan tugas lebih dari 30 hari tanpa pemberitahuan yang jelas.

Sementara Praka Ramli, akhirnya dipecat karena terlibat mengedarkan narkoba. Tamtama yang bertugas di Denma BB dan telah dijatuhi hukuman penjara dalam kasus narkoba.

"Ini adalah bentuk komitmen Kodam I BB terhadap penegakan hukum. Tidak hanya prajurit, perwira juga akan diberhentikan bila terbukti melanggar aturan," tegas Burhanuddin.
(rul/irw)

Eksekusi Bisnis TNI, Tunggu Perpres dan Permenhan

Senin, 13/07/2009 08:58 WIB
M. Rizal Maslan - detikNews

Jakarta - Untuk melakukan eksekusi pengalihan bisnis TNI, pemerintah masih memerlukan Peraturan Presiden (Perpres) dan Peraturan Menteri Pertahanan (Permenhan) sebagai tindak lanjutnya. Perpres ini diperkirakan akan diterbitkan sebelum 17 Agustus 2009.

"Kami berharap Perpres bisa terbit sebelum 17 Agustus 2009. Permenhan tidak jauh dari itu," kata juru bicara dan anggota Tim Nasional Pengalihan Aktivitas Bisnis (PAB) TNI Silmy Karim melalui pesan singkatnya kepada detikcom, Senin (13/7/2009).

Menurut Silmy, saat ini Timnas PAB TNI tengah memfinalisasi draft Perpres tentang Pengalihan Aktivitas Bisnis TNI. "Kami mengupayakan bulan ini draft final Perpres bisa selesai dan bisa diterbitkan," jelasnya.

Silmy mengaku, pihaknya sangat berhati-hati dalam proses penyusunan draft Perpres tersebut, karena ada beberapa aturan perundang-undangan yang ikut menjadi pertimbangan. Sebab, di dalam Perpres ini ditentukan tindak lanjut pengalihan bisnis TNI sesuai amanat UU No 34/2004 tentang TNI, khususnya Pasal 76.

"Nantinya ada dua departemen yang terkait erat, yaitu Dephan dan Depkeu. Setelah Perpres terbit akan dilanjutkan dengan Permenhan," tandasnya lagi.

Sebelumnya, Ketua Tim Pelaksana Timnas PAB TNI Erry Riyana Hardjapamekas mengatakan, Dephan sebagai lembaga yang bertanggungjawab atas eksekusi pengalihan bisnis TNI tersebut. Tim Pelaksana sendiri tugasnya berakhir pada Oktober 2008, saat ini Tim Pengarah dan Pengawas yang sedang bekerja menindaklanjuti hasil laporan Tim Pelaksana tersebut.

Erry juga mengatakan, saat ini tengah dirancang Peraturan Pemerintah (PP) sebagai pedoman pelaksanaan eksekusi yang mencakup 4 rekomendasi, di antaranya menghilangkan semua (aset bisnis) kecuali koperasi, menyerahkan semua aset ke Dephan.

Selasa, 23 Juni 2009

Masyarakat Adat Keerom Minta TNI Bertanggung Jawab

Selasa, 23 Juni 2009 10:53 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | Dibaca 298 kali
Jayapura, (ANTARA News) - Masyarakat Adat Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, meminta Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk bertanggung jawab atas penembakan yang menewaskan Isak Psakor, warga Kibai, Disttrik Arso Timur pada Senin (22/6) sekitar pukul 14.00 WIT.

"Kami warga Keerom meminta pertanggungjawaban dari TNI," kata Ketua Dewan Adat Kabupaten Keerom, Servo Tuamis kepada wartawan di Jayapura, Selasa.

Ia meminta TNI memproses hukum secara tegas terhadap anggotanya yang melakukan penembakan itu.

"Orang tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannnya," ujar Servo.

Isak Psakor diduga ditembak oleh prajurit TNI yang sedang berpatroli menjaga wilayah tapal batas RI dengan Papua Nugini (PNG) pada Senin (22/6) siang sekitar pukul 14.00 WIT.

"Jenazah korban kini masih disemayamkan di Kampung Kibai untuk menunggu proses lebih lanjut," kata Pemimpin Gereja Katolik Keerom, Pastor Jhon Jonga,Pr di Arso, ibukota Kabupaten Keerom, Selasa.

Pastor John mengatakan, berdasarkan pengakuan Anton Psakor, ayah korban, pada Senin (22/6), anaknya Isak Psakor bersama dua saudaranya Wens Psakor dan John Psakor berjalan kaki dari Kampung Skowt Jauh menuju Kampung Air Asin, Distrik Arso Timur, wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga PNG.

Dalam perjalanan, ketiga anaknya itu berpapasan dengan seekor anjing yang menggonggong mereka dan karena katakutan, mereka bertiga lari memanjat pohon di tengah hutan rimba Distrik Arso Timur.

Tiba-tiba terdengar bunyi tembakan dan pada saat itu juga Wens dan John melihat saudara mereka Isak Psakor jatuh ke tanah dan tidak bergerak lagi.

Serta-merta Anton dan John berteriak, "Kami warga kampung Kibai, mengapa tembak saudara kami."

Mendengar teriakan itu, prajurit TNI yang sedang berpatroli di hutan belantara perbatasan RI- PNG berlari meninggalkan mereka.

"Anton dan John turun dari pohon yang mereka panjat lalu berusaha menutupi mayat saudara mereka Isak dengan daun-daun dan selanjutnya berlari menemui orangtua dan sanak saudara menyampaikan peristiwa yang memilukan itu," kata Pastor John Jonga mengutip pernyataan Anton Psakor, ayah almarhum Isak.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol.Inf. Susilo mengakui telah terjadi peristiwa penembakan di wilayah perbatasan RI-PNG dan menewaskan satu orang warga setempat.

"Benar, telah terjadi penembakan oleh prajurit TNI yang bertugas di Pos Bewan, Kabupaten Keerom. Kini peristiwa itu sedang dalam penyelidikan aparat keamanan," katanya.(*)

Rabu, 10 Juni 2009

Helikopter TNI AD Jatuh di Cianjur Menhan: Usia Alutsista Bukan Penyebab Utama

Selama kita memelihara alutsista dengan baik, kita menjaga tingkat keselamatan prajurit."
Rabu, 10 Juni 2009, 18:01 WIB
Ita Lismawati F. Malau, Yudho Rahardjo

VIVAnews - Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono menegaskan usia alat utama sistim senjata (alutsista) bukan penyebab utama kecelakaan yang akhir-akhir ini terjadi menimpa TNI.

"Apalagi sebab satu-satunya," kata dia kepada wartawan, Rabu 10 Juni 2009. "Persiapan operasional dan perawatan tidak ada kompromi."

Ia mengakui saat ini anggaran untuk TNI sangat minim. Namun, menurutnya, hal itu bukan menjadi alasan untuk tidak merawat alutsista dengan baik dan memadai. "Sepanjang kita rawat dan pelihara dan remajakan dengan baik dan benar, kita selalu menjaga tingkat keselamatan prajurit yang sedang bertugas," jelasnya.

Senin, 8 Juni lalu, TNI kembali kehilangan putra-putra terbaiknya setelah Helikopter TNI AD jenis Bolco 105 jatuh di Cianjur. Heli nahas itu jatuh di daerah Kampuyng Cihanyawar, Desa Situhiang, Kelurahan Pagelaran, Cianjur, sekitar pukul 15.20. Heli jatuh akibat cuaca buruk. Tiga orang tewas dalam peristiwa ini.

Agum Gumelar soal Anggaran Alutsista: Prioritaskan Pemeliharaan, Bukan Pengadaan

Prioritas utama untuk alokasi dana sebaiknya ditujukan bagi pemeliharaan alutsista.
Selasa, 9 Juni 2009, 16:44 WIB
Ismoko Widjaya, Yudho Rahardjo
Agum Gumelar (Antara/ Prasetyo Utomo)

VIVAnews - Anggaran pertahanan yang terbatas harus dapat digunakan dengan skala prioritas yang baik. Maka itu, prioritas utama untuk alokasi dana sebaiknya ditujukan bagi pemeliharaan alat utama sistem persenjataan atau alutsista.

"Pundi-pundi keuangan negara kan terbatas. Jadi kita harus mempunyai prioritas. Prioritasnya adalah pemeliharaan alutsista," kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI-POLRI (PEPABRI), Agum Gumelar.

Hal itu disampaikan purnawirawan Jenderal TNI ini, usai menghadiri pemakaman Komandan Pusat Pendidikan Kopassus, Kolonel Infanteri Ricky Samuel, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa, 9 Juni 2009.

"Prioritasnya adalah pada pemeliharaan alutsista. Kalau pemeliharaan tidak bisa ditunda, kalau pengadaan masih bisa ditunda," ujar Agum yang juga mantan Komandan Jenderal Kopassus tahun tahun 1993-1994 ini.

Akibat cuaca buruk, helikopter Bolkow-105/HS-7112/Riky Route, jatuh di kawasan perbukitan Rawa Beber, Cianjur Selatan, sekitar pukul 14.05 WIB, Senin 8 Juni 2009. Tiga korban tewas sudah dibawa ke rumah duka masing-masing. "Dalam latihan, faktor cuaca harus lebih diperhitungkan," ujar Agum.

Sementara dua korban selamat masih menjalani perawatan. Lettu Hadi Ismanto dan Letda Agus Sudarsono mengalami luka serius dan harus menjalani perawatan

Berikut data korban:
1. Lettu Hadi Ismanto (Pilot), kondisi luka berat
2. Lettu Penerbang Yuli Sasongko (Kopilot), kondisi tewas
3. Komandan Pusat Pendidikan Kopassus, Kolonel Infanteri Ricky Samuel (penumpang), kondisi tewas
4. Kepala Seksi Operasi Latihan, Kapten Infanteri Agung Gunanto (penumpang), kondisi tewas
5. Lettu Infanteri Agus Sudarsono (penumpang), kondisi luka ringan

ismoko.widjaya@vivanews.com

• VIVAnews

Selasa, 09 Juni 2009

Helikopter TNI AD Jatuh di Cianjur Anak Ricky Samuel Histeris Saat Pemakaman

Ricky dimakamkan dalam upacara yang dipimpin Wakil KSAD, Letjen Johannes Suryoprabowo.
Selasa, 9 Juni 2009, 15:59 WIB
Arry Anggadha, Yudho Rahardjo
Helikopter Bolkow B0-105 (tniad.mil.id)

VIVAnews - Pemakaman Komandan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus, Kolonel Inf. Ricky Samuel, berlangsung dalam upacara kemiliteran. Salah satu anak almarhum histeris ketika jenazah ayahnya dimasukkan ke dalam liang kubur.

Almarhum Ricky Samuel dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Selasa 2 Juni 2009, pukul 15.00. Ricky dimakamkan dalam upacara kemiliteran yang dipimpin Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Letnan Jenderal TNI Johannes Suryoprabowo.

Saat penaburan bunga oleh pihak keluarga, terlihat dua anak almarhum, Assila Amelia (14) dan Nugra Pusaka (11), terisak. Bahkan Assilia tak kuasa diri menahan sedihnya karena untuk kali kedua harus kehilangan orang tuanya.

Ricky merupakan salah satu korban kecelakaan Helikopter TNI AD jenis Bolco 105 PT DI. Heli nahas itu jatuh di daerah Kampuyng Cihanyawar, Desa Situhiang, Kelurahan Pagelaran, Cianjur, pada Senin 8 Juni sekitar pukul 15.20. Heli jatuh akibat cuaca buruk.

Akibat kecelakaan itu, dua penumpang dan satu awak heli tewas. Sedangkan satu awak dan satu penumpang lainnya mengalami luka berat.

Penumpang yang tewas adalah Komandan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus, Kolonel Inf. Ricky Samuel; Kepala Seksi Operasional Pendidikan Pusat Pasukan Khusus, Kapten Inf. Agung Gunanto; dan Lettu Corps Penerbang Sasongko.

Sedangkan yang mengalami luka berat adalah Letnan Satu Corps Penerbang Hadi Isnanto dan Perwira pelatih Satuan Pendidikan Komando Letda Inf Agus Sudarso. Hadi Isnanto dirawat di RS Gatot Subroto sedangkan Agus Sudarso dirawat di RS Hasan Sadikin.

• VIVAnews

Heli TNI AD Jatuh di Cianjur, 3 Jenazah Dibawa ke Rumah Duka, Keluarga Menangis Histeris

Selasa, 09/06/2009 00:25 WIB

Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Foto: elvan/detikcom

Cianjur - Ketiga jenazah korban tewas akibat jatuhnya helikopter milik TNI AD di Cianjur, dibawa ke rumah duka masing-masing. Seluruh korban dibawa menggunakan ambulans putih pada pukul 23.00 WIB dari RSUD Cianjur.

Informasi yang dihimpun detikcom, jenazah copilot Lettu Yuli Sasongko akan dibawa ke rumah duka di Semarang. Sebelumnya Yuli akan disemayamkan terlebih dahulu di Skuadron 11, Semarang.

Sedangkan Komandan Pusat Pendidikan Kopassus Kolonel Inf Ricky Samuel akan dibawa ke Markas Komando Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur. Ia akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata pada sore nanti.

Sementara Kasi Operasi Pendidikan Kopassus Kapten Inf Agung Gunarto dibawa ke rumah mertuanya di BTN Joglo, Cianjur. Jenazah akan dimakamkan Selasa pago di TPU Sinarlaya, Cianjur. Korban meninggalkan seorang istri bernama Puri Andini (27) dan dua orang putri masing-masing berusia 4 dan 3 tahun.

Sebelumnya korban selamat pilot Lettu Hadi Isnarto dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Sedangkan Letda Agus Sudarsono dibawa ke RSPAD Gatot Subroto.

Saat ini suasana RSUD Cianjur kembali sepi. Keluarga korban yang menyaksikan proses pemandian jenazah sempat menangis histeris.(mad/mad)